Keikhlasan dalam beribadah ialah beribadah semata-mata hanya kepada Allah swt. Menyembah kepada Allah SWT dan menjahui kemusyrikan adalah
agama yang benar dan lurus. Menjalankan ibadah yang telah di tetapkan oleh
Allah SWTdengan penuh keikhlasan,seperti dalam menjalankan perintah shalat yang
tepat pada waktunya dengan khusyuk serta lengkap dengan rukun dan syaratnya. Kata ikhlas secara secara harfiah berarti murni,
suci, atau bersih. Konteks ikhlas ini berkaitan dengan niat. Niat adalah
dorongan dalam hati manusia untuk melaksanakan amal perbuatan tertentu. Dalam
mengamalkan ajaran agama Islam hendaknya dilandasi dengan niat ikhlas karena
Allah swt., artinya dengan kesadaran semata-mata hanya menaati perintah-Nya dan
untuk memperoleh ridho-Nya.
1. Menjelaskan isi kandungan Q.S Al-An’am 6:162-163 dan Q.S Al-Bayyinah 98:5
a. Q.S. Al-An’am 6:162-163
قُلۡ إِنَّ صَلَاتِى
وَنُسُكِى وَمَحۡيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ (١٦٢) لَا
شَرِيكَ لَهُ ۥۖ وَبِذَٲلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا۟ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ (١٦٣)
Artinya: Katakanlah (
Muhammad ), “ sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya,
dan aku adalah
orang yang pertama-tama berserah diri ( muslim)”
Kandungan surat Al-An’am ayat 162-163,
antara lain:
1. semua aktivitas kehidupan, baik berupa ibadah khusus seperti shalat, zakat,
puasa dan ibadah umum seperti muamalah, bahkan kehidupan dan kematian hendaknya
kita serahkan kepada Allah semata
2. tidak ada yang dapat menyamai Allah
3. hendaknya kita berserah diri kepada Allah
4. terdapat dari sebagian doa iftitah yang dibaca dalam salat pada rakaat
pertama, ucapan itu adalah penyerahan diri dengan penuh kerendahan serta
keridaan Allah atau mengabdi kepadanya tanpa pamrih
5. menyadari dan bersumpah tidak menyekutukan Allah dan mejadi orang yang
pertama serta mengutamakan islam sebagai tatanan kehidupan demi mencapai tujuan
hidup yakni selamat duni dan akhirat
6. senantiasa melakukan perintah-perintas Allah selama hidup dan meninggalkan
larangan-larangannya. Diantara perwujudannya adalah dengan melaksanakan
perintah Allah dalam membaca, memahami dan melaksanakan isi kandungan al-quran
dalam kehidupan sehari-hari serta menyiarkannya
2
b. Q.S Al-Bayyinah 98:5
وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا
لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ
ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٲلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ
Artinya: Padahal
mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata
karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan
zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus ( benar )*)
Kandungan
dari ayat diatas adalah:
1. Suruhan Allah kepada manusia dalam mengamalkan ajaran agama hendaklah yang
lurus yaitu jauh dari hal-hal kemusyrikan dan kesesatan.
2. Dalam beribadah hendaklah dilakukan dengan niat ikhlas
karena Allah yaitu kesadaran diri dalam menjalankannya semata-mata
mentaati perintah Allah dengan mengharap ridho-Nya.
2. Ciri-ciri manusia yang bersifat ikhlas dan tidak bersifat ikhlas dalam
beribadah
a. Ciri-ciri manusia yang bersifat ikhlas, antara lain:
1. Meniatkan amal dan perbuatan semata hanya kepada Allah SWT
2. Salat dengan khusuk adalah bukti amalan kepasrahan kepada Allah SWT
3. Syukur dalam bentuk ucapan, yaitu selalu berzikir, bertahmid, dan bertahlil
kepada Allah SWT
4. Senantiasa memperbaiki niat dan amalan sehingga terus berada dalam jalan
yang di syariatkan
Al-Quran dan Hadits
b. Ciri-ciri manusia yang tidak bersifat ikhlas, antara lain:
1. Tidak beriman kepada kitab-kitab Allah SWT.
2. Tidak mau mendengarkan ayat ayat Allah SWT.
3. Mendustakan agama, tidak melaksanakan perintah Allah SWT.
4. Tidak mengikuti agama yang lurus .
5. Menyekutukan Allah SWT.
6. Tidak berpuasa, tidak menunaikan zakat, dan tidak pergi haji padahal ia
mampu untuk menjalankannya.
3. Pentingnya keikhlasan dalam beribadah dan cara bersifat ikhlas
a. Keikhlasan dalam beribadah
Keikhlasan dalam beribadah merupakan penegasan kemurnian atas keesaan Allah SWT,dan penolakan terhadap segala
bentuk kemusyrikan atau noda syirik sekecil apapun. Keikhlasan dalamberibadah memiliki maknatauhid,
yakni pengesaan Allah SWT dalam berbagai aspek kehidupan.
b. Cara melatih diri untuk bersifat ikhlas
Dalam hidup ini sangat dibutuhkan
kearifan dalam menerima semua keadaan, dan itu memang tidaklah mudah, kearifan
dalam berpikir dan bertindak datangnya dari kebersihan jiwa yang bersumber dari
hati. Kadang sering kita dihadapkan pada perlakuan yang tidak adil, baik itu
oleh orang tua sendiri, oleh atasan atau juga teman dalam sebuah komunitas.
Bahkan ketidakadilan dari penguasa yang berwenang akan lebih terasa.
Tentunya disinilah dibutuhkan sikap dan
kearifan dalam menerimanya. Berpikir positif adalah salah satu cara untuk
berlapang dada dalam menerima keadaan tersebut, sebaliknya keluh kesah malah
akan membuat kita semakin terpuruk dalam perasaan. Bersikap optimis agar
keadaan tersebut cepat terkendali, adalah juga merupakan cara untuk menjauhkan
diri dari keputus asaan dan rasa frustasi.
Sebagai mahluk sosial yang berintegrasi
dan berinteraksi antar sesama dalam sebuah komunitas masyarakat yang majemuk,
sering kita terjebak pada ego pribadi, sehingga kita lebih ingin orang lain
memahami diri kita ketimbang kita memahami orang lain, kadang juga asyik dengan
diri sendiri sehingga tidak peduli dengan keadaan disekitar kita. Hal-hal
seperti inilah yang sering menyebabkan kita pada akhirnya bersinggungan antara
satu dengan yang lainnya.
Membangun kearifan adalah upaya untuk
menumbuhkan sikap bijak dan berjiwa besar, melatih diri dalam kesabaran, juga
melatih diri untuk senantiasa bersifat ikhlas dalam menerima keadaan. Tapi
semua ini tentunya dibarengi dengan ketaatan dan keyakinan pada Sang Maha
Penguasa dan Maha berkehendak. Penyerahan diri dengan ketaqwaan bukanlah
sekedar kepasrahan.
Jiwa yang senantiasa ikhlas adalah jiwa
yang penuh kekuatan dan tidak mudah rapuh karena keadaan, adalah jiwa yang
penuh kearifan dan ketaqwaan. Sangat sadar akan kelemahan dan kekuatannya,
selalu melihat kedalam diri dan bercermin pada kebenaran yang di
digariskan-Nya.