animasi bergerak gif
My Widget
Islam, Sains, Dan Teknologi: Keikhlasan Dalam Beribadah

Sunday, October 13, 2013

Keikhlasan Dalam Beribadah


Keikhlasan dalam beribadah ialah beribadah semata-mata hanya kepada Allah swt.   Menyembah kepada Allah SWT dan menjahui kemusyrikan adalah agama yang benar dan lurus. Menjalankan ibadah yang telah di tetapkan oleh Allah SWTdengan penuh keikhlasan,seperti dalam menjalankan perintah shalat yang tepat pada waktunya dengan khusyuk serta lengkap dengan  rukun dan syaratnya. Kata ikhlas secara secara harfiah berarti murni, suci, atau bersih. Konteks ikhlas ini berkaitan dengan niat. Niat adalah dorongan dalam hati manusia untuk melaksanakan amal perbuatan tertentu. Dalam mengamalkan ajaran agama Islam hendaknya dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah swt., artinya dengan kesadaran semata-mata hanya menaati perintah-Nya dan untuk memperoleh ridho-Nya.

1.        Menjelaskan isi kandungan Q.S Al-An’am 6:162-163 dan Q.S Al-Bayyinah 98:5
a.    Q.S. Al-An’am 6:162-163

قُلۡ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحۡيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ (١٦٢) لَا شَرِيكَ لَهُ ۥ‌ۖ وَبِذَٲلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا۟ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ (١٦٣)

Artinya: Katakanlah ( Muhammad ), “ sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya,
dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri ( muslim)”

Kandungan surat Al-An’am ayat 162-163, antara lain:
1.      semua aktivitas kehidupan, baik berupa ibadah khusus seperti shalat, zakat, puasa dan ibadah umum seperti muamalah, bahkan kehidupan dan kematian hendaknya kita serahkan kepada Allah semata
2.      tidak ada yang dapat menyamai Allah
3.      hendaknya kita berserah diri kepada Allah
4.      terdapat dari sebagian doa iftitah yang dibaca dalam salat pada rakaat pertama, ucapan itu adalah penyerahan diri dengan penuh kerendahan serta keridaan Allah atau mengabdi kepadanya tanpa pamrih
5.      menyadari dan bersumpah tidak menyekutukan Allah dan mejadi orang yang pertama serta mengutamakan islam sebagai tatanan kehidupan demi mencapai tujuan hidup yakni selamat duni dan akhirat
6.      senantiasa melakukan perintah-perintas Allah selama hidup dan meninggalkan larangan-larangannya. Diantara perwujudannya adalah dengan melaksanakan perintah Allah dalam membaca, memahami dan melaksanakan isi kandungan al-quran dalam kehidupan sehari-hari serta menyiarkannya
2


b.    Q.S Al-Bayyinah 98:5

وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ‌ۚ وَذَٲلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ 

Artinya: Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus ( benar )*)  


Kandungan dari ayat diatas adalah:
1.    Suruhan Allah kepada manusia dalam mengamalkan ajaran agama hendaklah yang lurus yaitu jauh dari hal-hal kemusyrikan dan kesesatan.
2.    Dalam beribadah hendaklah dilakukan dengan niat ikhlas karena Allah yaitu kesadaran diri dalam menjalankannya semata-mata mentaati  perintah Allah dengan  mengharap ridho-Nya.



2.   Ciri-ciri manusia yang bersifat ikhlas dan tidak bersifat ikhlas dalam beribadah
a.       Ciri-ciri manusia yang bersifat ikhlas, antara lain:
1.      Meniatkan amal dan perbuatan semata hanya kepada Allah SWT
2.      Salat dengan khusuk adalah bukti amalan kepasrahan kepada Allah SWT
3.      Syukur dalam bentuk ucapan, yaitu selalu berzikir, bertahmid, dan bertahlil kepada Allah SWT
4.      Senantiasa memperbaiki niat dan amalan sehingga terus berada dalam jalan yang di  syariatkan Al-Quran dan Hadits

b.      Ciri-ciri manusia yang tidak bersifat ikhlas, antara lain:
1.      Tidak beriman kepada kitab-kitab Allah SWT.
2.      Tidak mau mendengarkan ayat ayat Allah SWT.
3.      Mendustakan agama, tidak melaksanakan perintah Allah SWT.
4.      Tidak mengikuti agama yang lurus .
5.      Menyekutukan Allah SWT.
6.      Tidak berpuasa, tidak menunaikan zakat, dan tidak pergi haji padahal ia mampu untuk       menjalankannya.


3.    Pentingnya keikhlasan dalam beribadah  dan cara bersifat ikhlas
a.  Keikhlasan dalam beribadah
Keikhlasan dalam beribadah merupakan penegasan kemurnian atas keesaan Allah SWT,dan penolakan terhadap segala bentuk kemusyrikan atau  noda syirik sekecil apapun. Keikhlasan dalamberibadah memiliki maknatauhid, yakni pengesaan Allah SWT dalam berbagai aspek kehidupan.

b.         Cara melatih diri untuk bersifat ikhlas
Dalam hidup ini sangat dibutuhkan kearifan dalam menerima semua keadaan, dan itu memang tidaklah mudah, kearifan dalam berpikir dan bertindak datangnya dari kebersihan jiwa yang bersumber dari hati. Kadang sering kita dihadapkan pada perlakuan yang tidak adil, baik itu oleh orang tua sendiri, oleh atasan atau juga teman dalam sebuah komunitas. Bahkan ketidakadilan dari penguasa yang berwenang akan lebih terasa.
Tentunya disinilah dibutuhkan sikap dan kearifan dalam menerimanya. Berpikir positif adalah salah satu cara untuk berlapang dada dalam menerima keadaan tersebut, sebaliknya keluh kesah malah akan membuat kita semakin terpuruk dalam perasaan. Bersikap optimis agar keadaan tersebut cepat terkendali, adalah juga merupakan cara untuk menjauhkan diri dari keputus asaan dan rasa frustasi.
Sebagai mahluk sosial yang berintegrasi dan berinteraksi antar sesama dalam sebuah komunitas masyarakat yang majemuk, sering kita terjebak pada ego pribadi, sehingga kita lebih ingin orang lain memahami diri kita ketimbang kita memahami orang lain, kadang juga asyik dengan diri sendiri sehingga tidak peduli dengan keadaan disekitar kita. Hal-hal seperti inilah yang sering menyebabkan kita pada akhirnya bersinggungan antara satu dengan yang lainnya.
Membangun kearifan adalah upaya untuk menumbuhkan sikap bijak dan berjiwa besar, melatih diri dalam kesabaran, juga melatih diri untuk senantiasa bersifat ikhlas dalam menerima keadaan. Tapi semua ini tentunya dibarengi dengan ketaatan dan keyakinan pada Sang Maha Penguasa dan Maha berkehendak. Penyerahan diri dengan ketaqwaan bukanlah sekedar kepasrahan.
Jiwa yang senantiasa ikhlas adalah jiwa yang penuh kekuatan dan tidak mudah rapuh karena keadaan, adalah jiwa yang penuh kearifan dan ketaqwaan. Sangat sadar akan kelemahan dan kekuatannya, selalu melihat kedalam diri dan bercermin pada kebenaran yang di digariskan-Nya.

No comments:

Post a Comment